BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia
merupakan makhluk yang sangat menarik.Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal
dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan.Hampir semua lembaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya
sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya.Pada abad ke 19 muncul
suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata.Penciptaan
manusia pada awal kehidupan dari
Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus
Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti
sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit ini ada hubungan
historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
Para
ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat
ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.Hal ini
terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia
berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical
Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Manusia
hidup dalam lingkungan yang disebut dengan alam.Berbicara tentang alam sendiri,
pandangan manusia terbagi menjadi dua.Yaitu, terjadi secara kebetulan dan ada
yang menciptakan.Lalu, bagaimanakah konsep Islam tentang manusia dan alam?
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di
atas dapat dirumuskan beberapa masalah:
1.
Bagaimana
pandangan Islam tentang manusia?
2.
Bagaimana
pandangan Islam tentang alam?
C.
MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat
yang dapat diambil dari makalah ini meliputi:
1.
Dapat
mengetahui pandangan Islam tentang manusia.
2.
Dapat
mengetahui pandangan Islam tentang alam.
3.
Secara
teoritis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mendeskripsikan bagaimana dan seperti apapandangan Islam tentang manusia
dan alam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANUSIA
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara etimologi, manusia berasal
dari kata manu (bahasa Sanskerta), mens (bahasa Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Menurut
Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”
mengatakan bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat
sebenarnya manusia karena keterbatasan-keterbatasan manusia itu sendiri. Sedangkan menurut Al Qur’an, banyak
istilah-istilah yang digunakan untuk menunjukkan pengertian manusia. Mulai dari
istilah basyar, al-insan,an-nas, dan bani adam.
Kata
basyar disebut dalam Al Qur’an
sebanyak 27 kali.Sesuai dengan QS. Ali ‘Imran [3]:47, kata basyar merujuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis
yang memberi pengertian kepada sifat biologis manusia yaitu makan, minum,
hubungan seksual, dan lain-lain.[1]
Kata
al-insan disebut dalam Al Qur’an
sebanyak kurang lebih 65 kali yang diklasifikasikan dalam tiga kategori.Pertama,al-insan dihubungkan dengan khalifah
sebagai penanggung amanah (QS.Al Ahzab [33]:72), kedua al-insan dihubungkan dengan sifat negatif dalam diri manusia
seperti sifat kikir, iri (QS. Al Ma’arij [70]:19-21), dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses
penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS. Al Hijr
[15]:28-29). Semua konteks al-insan
menunjuk pada sifat psikologis dan spiritual manusia.[2]
Kata
an-nas disebutkan dalam Al Qur’an
sebanyak 240 kali yang memberi pengertian manusia sebagai makhluk sosial yang
bergantung kepada makhluk yang lain.[3]
Sedangkan
kata bani adammempunyai pengertian manusia dengan keturunannya. Kata bani
adam disebut dalam Al Qur’an sebanyak 8 kali.
2. PENCIPTAAN DAN
REPRODUKSI MANUSIA
A. Penciptaan Adam
Allah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya seperti yang tercantum dalam QS. At Tin ayat 5: “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Adam sebagai manusia pertama tercipta
dari komponen-komponen:
1. Tanah,
diterangkan dalam QS. Ali Imran [3]:59.
2. Saripati
yang tersaring dari tanah (QS. Al Mu’minun [23]:12).
3. Tanah
kering seperti tanah tembikar yang terbakar (QS. Ar Rahman [55]:14).
4. Tanah
liat kering yang berasal dari lumpur (QS. Al Hijr [15]:26).
5. Air,
dijelaskan dalam QS. Al Furqan [25]:54.
6. Roh,
dijelaskan dalam QS. Al Hijr [15]:29.
Dari
ayat-ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia itu terbentuk dari
komponen-komponen yang terkandung dari tanah dan air, serta komponen yang tak
kalah penting yaitu roh. Setelah proses-proses fisik berlangsung dalam
penciptaan manusia, peniupan roh merupakan unsur penentu yang membedakan
manusia dengan makhluk lain.
B. Penciptaan Hawa
Penciptaan
Hawasebagai istri Adam telah dibicarakan secara singkat dalam QS. An-Nisa’ [4]:
1 yang artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Dari
ayat “dan daripadanya Allah menciptakan istrinya”, ahli tafsir
menafsirkan “daripadanya” ialah unsur yang serupa dengannya (serupa
dengan Adam) yakni tanah dari Adam diciptakan. Ada juga mufassir yang
mengatakan berasal dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam berdasarkan hadis:
Rasulullah
bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia tidak
menyakiti tetangganya. Saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada
wanita.Pasalnya mereka tercipta dari tulang rusuk.Yang paling bengkok dari
tulang rusuk itu adalah yang paling atas. Jika berusaha meluruskannya, engkau
akan membuatnya patah. Dan jika dibiarkan, ia akan terus bengkok. Karena itu
saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.”(HR. Bukhari
Muslim)
C. Penciptaan
Keturunan Adam/Reproduksi Manusia
Menurut hasil diskusi panel tentang Al
Qur’anul Karim dan Penciptaan Manusia oleh Sekolah Tinggi Kedokteran YARSI,
menyimpulkan bahwa reproduksi manusia dalam Al Qur’an melalui tahapan-tahapan:
1.
Sel kelamin
Keturunan manusia diciptakan dari al-ma’
artinya air (QS. Al Furqan [25]:54). Al-ma’ yang dimaksud adalah sperma
laki-laki.
2.
Pembuahan
Pembuahan yang dimaksud adalah
bertemunya sel sperma dengan sel telur (ovum) yang disebut nutfah/zygote.
3.
Perkembangan
Janin
Selanjutnya nutfah/zygote tersebut akan
tumbuh dan berkembang di rahim yakni tempat yang kokoh, tempat yang aman,
tempat yang tersedia apa yang diperlukan. Kemudian nutfah tersebut akan menjadi
‘alaqah. Dari ‘alaqah kemudian menjadi mudlghah/embrio.
Selanjutnya akan ditiupkan roh.
Masa kehamilan dijelaskan dalam QS. Al
Ahqaf [46]:15 yang menyebutkan bahwa masa menyusui ditambah masa kehamilan
selama 30 bulan, dengan rincian 24 bulan masa menyusui dan 6 bulan masa hamil
minimal.
3. TUJUAN
PENCIPTAAN MANUSIA
Jika manusia sudah diciptakan, lantas muncul
pertanyaan “Untuk apa manusia diciptakan?”.Al Qur’an menjawab dalam QS.
Adz Dzariyat [51]:56 yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Di sini
sudah jelas bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah/mengabdi
kepada Allah.Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang
dianut masyarakat pada umumnya, seperti syahadat, sholat, puasa, zakat, dan
haji, tetapi seluas pengertian melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya seperti belajar, bekerja, tidak mencuri, dan lain-lain.
4. FUNGSI DAN
KEDUDUKAN MANUSIA
Allah
telah berfirman dalam QS. Al Baqarah [2]:30 yang artinya: “Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui.”.
Allah
SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi khalifah di
muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan
untuk menjadi pemimpin yang mengatur dan memakmurkan apa-apa yang ada di bumi,
seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya,
perikanannya dan manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi
untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka
sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar
dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman
kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.
B. ALAM
1.
PENGERTIAN
ALAM
Berbicara tentang alam, pandangan
manusia terbagi menjadi dua yang saling kontradiktif. Pertama, alam
terjadi secara kebetulan, tanpa ada yang menciptakan.
Kedua,
alam semesta ini ada bukan secara kebetulan, bukan hasil dari ciptaan gejala
fisika, dan bukan pula tercipta dengan sendirinya.Namun, Allah dengan
kekuasaan-Nya telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada.[4]
Dalam Al Quran kata ‘alam seakar
dengan kata ‘ilm (pengetahuan) dan ‘alamah (tanda).
Kata alam dengan ‘ilm (pengetahuan) ini menjelaskan bahwa manfaat
yang terkandung dalam alam baru bisa diperoleh bila manusia mempunyai ilmu dan
teknologi. Demikian pula kata alam dengan ‘alamah (tanda) yang
menekankan bahwa alam semesta menjadi ayat-ayat (tanda-tanda) sumber pelajaran
dan ajaran bagi manusia. Maka siapa yang dengan bersungguh-sungguh melakukan
penelitian terhadap alam dengan sikap apresiasi terhadap alam itu sendiri akan
mengantarkannya kepada kenyataan bahwa alam sebagai tanda-tanda adanya Allah
SWT.
2.
KONSEP
TAUHID TENTANG ALAM
Konsep tauhid Islam melarang kita untuk
mensakralkan atau bahkan menuhankan alam. Islam memberikan petunjuk yang
konkrit bahwa alam harus dippandang apa adanya secara objektif dan tidak ada
peluang sama sekali untuk mensakralkan alam, karena mensakralkan alam akan
berakibat fatal yaitu tersungkur di lembah syirik.Allah berfirman dalam QS. An
Nisa’ [4]:48 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka
sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
Pemikiran alam sebagai Tuhan pernah
dialami oleh Nabi Ibrahim. Sebelum menemukan Tuhan yang sebenarnya, Ibrahim
semula memandang alam sebagai Tuhan hingga pada suatu saat ia membebaskan
pandangannya yang keliru dan menggantinya dengan ajaran tauhid.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat manusia adalah
makhluk biologis, psikologis, dan sosial yang mengemban tugas sebagai hamba
Allah (QS. Adz Dzariyat [51]:56) dan fungsinya sebagai khalifahdi bumi
(QS. Al Baqarah [2]:30) yang memiliki kewajiban memakmurkan dan mengatur segala
sesuatu yang ada di bumi ini untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu
sendiri.
Allah
menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan manusia.Sudah
seharusnya manusia menjaga dan melestarikannya.Konsep tauhid Islam melarang
kita memandang alam secara berlebih-lebihan atau bahkan menyembah dan
mensakralkan karena itu dapat membawa kita ke lembah syirik yang tidak
terampuni. Na’udzubillah.
DAFTAR PUSTAKA
Supadie, Didiek Ahmad – Sarjuni, Pengantar Studi
Islam (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
Thalbah, Hisham(et. al), Ensiklopedia 9 Mukjizat
Alquran dan Hadis-Kemukjizatan Alam Semesta, (Jakarta: Sapta Sentosa, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar