Senin, 02 Februari 2015

KONSEP ISLAM TENTANG MANUSIA DAN ALAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik.Oleh karena itu, manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi perbincangan diberbagai kalangan.Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat tinggalnya.Pada abad ke 19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata.Penciptaan manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit ini ada hubungan historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang pengertian manusia yang sebenarnya.Hal ini terbukti dari banyaknya sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.
Manusia hidup dalam lingkungan yang disebut dengan alam.Berbicara tentang alam sendiri, pandangan manusia terbagi menjadi dua.Yaitu, terjadi secara kebetulan dan ada yang menciptakan.Lalu, bagaimanakah konsep Islam tentang manusia dan alam?

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah:
1.         Bagaimana pandangan Islam tentang manusia?
2.         Bagaimana pandangan Islam tentang alam?

C.    MANFAAT DAN TUJUAN
       Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini meliputi:
1.         Dapat mengetahui pandangan Islam tentang manusia.
2.         Dapat mengetahui pandangan Islam tentang alam.
3.         Secara teoritis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana dan seperti apapandangan Islam tentang manusia dan alam.























BAB II
PEMBAHASAN

A.  MANUSIA    
1.      PENGERTIAN MANUSIA
Pengertian manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara etimologi, manusia berasal dari kata manu (bahasa Sanskerta), mens (bahasa Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Menurut Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown” mengatakan bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat sebenarnya manusia karena keterbatasan-keterbatasan manusia itu sendiri.    Sedangkan menurut Al Qur’an, banyak istilah-istilah yang digunakan untuk menunjukkan pengertian manusia. Mulai dari istilah basyar, al-insan,an-nas, dan bani adam.
Kata basyar disebut dalam Al Qur’an sebanyak 27 kali.Sesuai dengan QS. Ali ‘Imran [3]:47, kata basyar merujuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis yang memberi pengertian kepada sifat biologis manusia yaitu makan, minum, hubungan seksual, dan lain-lain.[1]
Kata al-insan disebut dalam Al Qur’an sebanyak kurang lebih 65 kali yang diklasifikasikan dalam tiga kategori.Pertama,al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS.Al Ahzab [33]:72), kedua al-insan dihubungkan dengan sifat negatif dalam diri manusia seperti sifat kikir, iri (QS. Al Ma’arij [70]:19-21), dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS. Al Hijr [15]:28-29). Semua konteks al-insan menunjuk pada sifat psikologis dan spiritual manusia.[2]
Kata an-nas disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 240 kali yang memberi pengertian manusia sebagai makhluk sosial yang bergantung kepada makhluk yang lain.[3]
Sedangkan kata bani adammempunyai pengertian manusia dengan keturunannya. Kata bani adam disebut dalam Al Qur’an sebanyak 8 kali.
2.      PENCIPTAAN DAN REPRODUKSI MANUSIA
A.    Penciptaan Adam
         Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya seperti yang tercantum dalam QS. At Tin ayat 5: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
         Adam sebagai manusia pertama tercipta dari komponen-komponen:
1.      Tanah, diterangkan dalam QS. Ali Imran [3]:59.
2.      Saripati yang tersaring dari tanah (QS. Al Mu’minun [23]:12).
3.      Tanah kering seperti tanah tembikar yang terbakar (QS. Ar Rahman [55]:14).
4.      Tanah liat kering yang berasal dari lumpur (QS. Al Hijr [15]:26).
5.      Air, dijelaskan dalam QS. Al Furqan [25]:54.
6.      Roh, dijelaskan dalam QS. Al Hijr [15]:29.
         Dari ayat-ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia itu terbentuk dari komponen-komponen yang terkandung dari tanah dan air, serta komponen yang tak kalah penting yaitu roh. Setelah proses-proses fisik berlangsung dalam penciptaan manusia, peniupan roh merupakan unsur penentu yang membedakan manusia dengan makhluk lain.

B.     Penciptaan Hawa
         Penciptaan Hawasebagai istri Adam telah dibicarakan secara singkat dalam QS. An-Nisa’ [4]: 1 yang artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
         Dari ayat “dan daripadanya Allah menciptakan istrinya”, ahli tafsir menafsirkan “daripadanya” ialah unsur yang serupa dengannya (serupa dengan Adam) yakni tanah dari Adam diciptakan. Ada juga mufassir yang mengatakan berasal dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam berdasarkan hadis:
Rasulullah bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya. Saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.Pasalnya mereka tercipta dari tulang rusuk.Yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah yang paling atas. Jika berusaha meluruskannya, engkau akan membuatnya patah. Dan jika dibiarkan, ia akan terus bengkok. Karena itu saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada wanita.”(HR. Bukhari Muslim)

C.    Penciptaan Keturunan Adam/Reproduksi Manusia
         Menurut hasil diskusi panel tentang Al Qur’anul Karim dan Penciptaan Manusia oleh Sekolah Tinggi Kedokteran YARSI, menyimpulkan bahwa reproduksi manusia dalam Al Qur’an melalui tahapan-tahapan:
1.      Sel kelamin
        Keturunan manusia diciptakan dari al-ma’ artinya air (QS. Al Furqan [25]:54). Al-ma’ yang dimaksud adalah sperma laki-laki.
2.      Pembuahan
        Pembuahan yang dimaksud adalah bertemunya sel sperma dengan sel telur (ovum) yang disebut nutfah/zygote.
3.      Perkembangan Janin
        Selanjutnya nutfah/zygote tersebut akan tumbuh dan berkembang di rahim yakni tempat yang kokoh, tempat yang aman, tempat yang tersedia apa yang diperlukan. Kemudian nutfah tersebut akan menjadi ‘alaqah. Dari ‘alaqah kemudian menjadi mudlghah/embrio. Selanjutnya akan ditiupkan roh.
        Masa kehamilan dijelaskan dalam QS. Al Ahqaf [46]:15 yang menyebutkan bahwa masa menyusui ditambah masa kehamilan selama 30 bulan, dengan rincian 24 bulan masa menyusui dan 6 bulan masa hamil minimal.

3.      TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
        Jika manusia sudah diciptakan, lantas muncul pertanyaan “Untuk apa manusia diciptakan?”.Al Qur’an menjawab dalam QS. Adz Dzariyat [51]:56 yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
        Di sini sudah jelas bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah/mengabdi kepada Allah.Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut masyarakat pada umumnya, seperti syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji, tetapi seluas pengertian melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya seperti belajar, bekerja, tidak mencuri, dan lain-lain.

4.      FUNGSI DAN KEDUDUKAN MANUSIA
        Allah telah berfirman dalam QS. Al Baqarah [2]:30 yang artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.
        Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia dapat menjadi khalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi pemimpin yang mengatur dan memakmurkan apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, hutannya, airnya, sungainya, gunungnya, lautnya, perikanannya dan manusia harus mampu memanfaatkan segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya. Jika manusia telah mampu menjalankan itu semuanya maka sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut, terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SWT.

B.  ALAM
1.      PENGERTIAN ALAM
          Berbicara tentang alam, pandangan manusia terbagi menjadi dua yang saling kontradiktif. Pertama, alam terjadi secara kebetulan, tanpa ada yang menciptakan.
Kedua, alam semesta ini ada bukan secara kebetulan, bukan hasil dari ciptaan gejala fisika, dan bukan pula tercipta dengan sendirinya.Namun, Allah dengan kekuasaan-Nya telah menciptakannya dari tidak ada menjadi ada.[4]
          Dalam Al Quran kata ‘alam seakar dengan kata ‘ilm (pengetahuan) dan ‘alamah (tanda). Kata alam dengan ‘ilm (pengetahuan) ini menjelaskan bahwa manfaat yang terkandung dalam alam baru bisa diperoleh bila manusia mempunyai ilmu dan teknologi. Demikian pula kata alam dengan ‘alamah (tanda) yang menekankan bahwa alam semesta menjadi ayat-ayat (tanda-tanda) sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Maka siapa yang dengan bersungguh-sungguh melakukan penelitian terhadap alam dengan sikap apresiasi terhadap alam itu sendiri akan mengantarkannya kepada kenyataan bahwa alam sebagai tanda-tanda adanya Allah SWT.

2.         KONSEP TAUHID TENTANG ALAM
       Konsep tauhid Islam melarang kita untuk mensakralkan atau bahkan menuhankan alam. Islam memberikan petunjuk yang konkrit bahwa alam harus dippandang apa adanya secara objektif dan tidak ada peluang sama sekali untuk mensakralkan alam, karena mensakralkan alam akan berakibat fatal yaitu tersungkur di lembah syirik.Allah berfirman dalam QS. An Nisa’ [4]:48 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
       Pemikiran alam sebagai Tuhan pernah dialami oleh Nabi Ibrahim. Sebelum menemukan Tuhan yang sebenarnya, Ibrahim semula memandang alam sebagai Tuhan hingga pada suatu saat ia membebaskan pandangannya yang keliru dan menggantinya dengan ajaran tauhid.












BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat manusia adalah makhluk biologis, psikologis, dan sosial yang mengemban tugas sebagai hamba Allah (QS. Adz Dzariyat [51]:56) dan fungsinya sebagai khalifahdi bumi (QS. Al Baqarah [2]:30) yang memiliki kewajiban memakmurkan dan mengatur segala sesuatu yang ada di bumi ini untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri.
Allah menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan manusia.Sudah seharusnya manusia menjaga dan melestarikannya.Konsep tauhid Islam melarang kita memandang alam secara berlebih-lebihan atau bahkan menyembah dan mensakralkan karena itu dapat membawa kita ke lembah syirik yang tidak terampuni. Na’udzubillah.

DAFTAR PUSTAKA

Supadie, Didiek Ahmad – Sarjuni, Pengantar Studi Islam (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2011).

Thalbah, Hisham(et. al), Ensiklopedia 9 Mukjizat Alquran dan Hadis-Kemukjizatan Alam Semesta, (Jakarta: Sapta Sentosa, 2010)


[1]Didiek Ahmad Supadie – Sarjuni, Pengantar Studi Islam (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2011). hal. 137
[2]Ibid.
[3]Ibid. hal. 138
[4]Hisham Thalbah (et. al), Ensiklopedia 9 Mukjizat Alquran dan Hadis-Kemukjizatan Alam Semesta, (Jakarta: Sapta Sentosa, 2010), hal. 40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar