Rabu, 28 Januari 2015

KONSEP PENGAMBILAN KEPUTUSAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah luput dari masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen. Jika ditinjau dari kehidupan sehari-hari terjadinya masalah bisa disebabkan dari pihak internal maupun pihak eksternal. Banyak pihak yang menganggap bahwa masalah yang datangnya dari pihak eksternal lebih berbahaya sehingga diprioritaskan untuk segera diselesaikan, sedangkan masalah yang datangnya dari dalam (internal) tidak terlalu berbahaya. Inilah suatu pandangan yang salah dan bisa menyebabkan kehancuran dari sebuah perusahaan, instansi atau organisasi. Karena masalah yang harus kita waspadai dan harus segera kita selesaikan adalah masalah yang datangnya dari internal. Kita lihat saja partai politik sekarang banyak yang pecah karena disebabkan masalah di dalam internalnya, perusahaan banyak yang bangkrut karena masalah yang datangnya dari dalam (internal).
Salah satu keahlian yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin yang efektif di saat menghadapi masalah adalah mengambil keputusan. Keputusan tersebut tidak langsung jadi, tetapi perlu ada konsep, model, dan gaya dalam pengambilan keputusan. Hal tersebut terkesan sederhana, tetapi sampai hari ini masih banyak pemimpin di bidang apa pun yang masih memiliki kendala dalam melakukannya. Tidak hanya sampai di situ, siapa saja pembuat keputusan tersebut yang dapat memajukan atau memundurkan sebuah perusahaan.

B.       RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah:
1.    Apa yang dimaksud dengan pengambilan keputusan?
2.    Bagaimana gaya manajer dalam mengambil keputusan?
3.    Bagaimana model manajer dalam mengambil keputusan?
4.    Siapa sajakah pembuat keputusan dalam sebuah perusahaan?

C.      MANFAAT DAN TUJUAN
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini meliputi:
1.    Dapat mengetahui pengertian pengambilan keputusan.
2.    Dapat mengetahui gaya manajer dalam mengambil keputusan.
3.    Dapat mengetahui model manajer dalam mengambil keputusan.
4.    Dapat mengetahui siapa saja yang mengambil keputusan dalam sebuah perusahaan.
5.    Secara teoritis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana dan seperti apa gaya dan model serta siapa saja yang mengambil keputusan dalam sebuah perusahaan.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.      PENGERTIAN
Salah satu tugas manajer adalah mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu proses manajemen yang penting dalam setiap organisasi. Sebab, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya dilatarbelakangi oleh pengambilan keputusan yang ditetapkan oleh manajer puncak.
Mengambil keputusan ialah memilih alternatif dari dua atau beberapa alternatif yang ada untuk menentukan arah tujuan yang ingin dicapai.[1] Alternatif-alternatif tersebut dapat berupa suatu kondisi fisik, atau usaha-usaha yang kreatif, atau tempat menghimpun pemikiran, perasaan, dan pengetahuan untuk melaksanakan suatu tindakan.
Sedangkan menurut Amirullah dan Haris Budiyono, pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.[2]
Proses pemilihan dan penilaian tersebut biasanya diawali dengan identifikasi masalah yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisa, dan memilih berbagai alternatif dan mengambil keputusan yang dianggap paling baik.

B.       GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Seorang manajer memiliki berbagai gaya dalam pengambilan keputusan. Gaya pengambilan keputusan oleh seorang manajer biasanya dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, perilaku, pengalaman, dan sebagainya. Salah satu pendapat tentang gaya pengambilan keputusan menyatakan bahwa ada tiga cara para manajer dalam mendekati masalah.
Pertama, menghindari masalah. Para penghindar masalah ini tidak aktif dan cenderung tidak ingin menghadapi masalah. Kedua, menyelesaikan masalah. Para manajer bersikap reaktif menghadapi masalah yang terjadi. Ketiga, mencari masalah. Para manajer secara aktif mencari masalah untuk diselesaikan dan mencari peluang baru untuk kemajuan perusahaannya.
Menurut S. P. Robins dan DA. De Cenzo, gaya pengambilan keputusan dibagi menjadi empat:
1.    Gaya Direktif (Pengarahan)
Para manajer yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan bersikap rasional dalam cara berpikirnya. Mereka cenderung lebih efisien dan logis. Pembuat keputusan direktif berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Kecepatan dan efisiensi para manajer dalam membuat keputusan sering kali mengakibatkan mereka mengambil keputusan dengan sedikit informasi dan dengan sedikit alternatif saja.
2.    Gaya Analitis
Para manajer yang bergaya analitis mempunyai toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas daripada gaya direktif. Mereka cenderung mengumpulkan berbagai informasi dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Jenis ini suka menganalisis situasi, pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif daripada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan jangka waktu yang  lama untuk mengambil keputusan. Mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik.
3.    Gaya Konseptual
Para manajer yang bergaya konseptual mempunyai toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas. Mereka mempertimbangkan perhatian dalam waktu jangka panjang dan sangat baik dalam menemukan pemecahan masalah kreatif atas masalah-masalah. Mereka yang bergaya konseptual cenderung mempunyai pandangan yang luas dan akan melihat banyak alternatif. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
4.    Gaya Perilaku
Para manajer yang bergaya perilaku mempunyai toleransi ambiguitas yang rendah. Mereka sering kali menggunakan rapat dan musyawarah untuk berkomunikasi meskipun mereka mencoba menghindari konflik. Mereka cenderung mudah bekerja sama, terbuka, menerima saran, sportif, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Akan tetapi, mereka tidak dapat membuat keputusan yang tegas.
C.      MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam pengambilan keputusan, diperlukan model yang dapat menjamin kesuksesan dalam pengambilan keputusan tersebut. Menurut teori manajemen, terdapat beberapa model dalam pengambilan keputusan. Model tersebut adalah model keputusan klasik, administratif, dan heuristic penilaian.
1.    Model Keputusan Klasik
Model keputusan klasik beranggapan bahwa manajer bertindak dalam kepastian. Manajer menghadapi masalah yang terdefinisikan dengan jelas dan mengetahui kemungkinan semua alternatif tindakan dan konsekuensinya. Akhirnya, terbentuk keputusan yang optimis, yaitu manajer memilih alternatif yang memberikan solusi masalah yang terbaik. Model ini merupakan model yang sangat rasional untuk pengambilan keputusan manajerial.[3]
Empat asumsi yang digarisbawahi dalam model ini adalah manajer (pembuat keputusan) beroperasi untuk mencapai tujuan yang diketahui dan disepakati; keputusan manajer berusaha untuk kondisi kepastian, semua alternatif dihitung; kriteria untuk mengevaluasi alternatif diketahui; manajer rasional dan menggunakan logika untuk memberikan nilai, mencoba untuk memaksimalkan tujuan perusahaan.
2.    Model Keputusan Administratif
Menurut Herbert Simon, dari sisi perilaku manajer dalam pengambilan keputusan menghadapi tiga kondisi. Tiga kondisi tersebut adalah informasi tidak sempurna dan tidak lengkap, rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality), dan cepat puas (satisfice).[4]
Pada situasi tertentu, manajer menghadapi kondisi di mana informasi tidak sempurna dan tidak lengkap. Karena informasi yang tidak sempurna dan tidak lengkap inilah, seorang manajer sering kali menganggap remeh masalah-masalah yang ada sehingga manajer bertindak terlambat.
Rasionalitas yang terbatas biasanya dikarenakan manajer terbelenggu oleh kebiasaan, kemampuan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh manajer. Rasionalitas yang terbatas membatasi manajer untuk bertindak rasional.
Cepat puas terjadi karena manajer memiliki kecenderungan untuk memilih alternatif pertama dalam pemecahan masalah. Manajer tidak ingin mencari alternatif lain yang dapat memaksimalkan tujuan perusahaan. Secara garis besar, model administratif menggambarkan perilaku yang lebih realistis dalam pengambilan keputusan.
3.    Model Keputusan Heuristik Penilaian
Heuristik adalah strategi yang disederhanakan dalam pengambilan keputusan,di mana para manajer dihadapkan pada lingkungan yang kompleks, informasi yang terbatas, dan keterbatasan kognitif. Kekurangan dari model ini adalah dapat menimbulkan kesalahan keputusan. Heuristic penilaian terbagi menjadi tiga macam, yaitu ketersediaan (availability heuristic), perwakilan (representativeness heuristic), dan penyesuaian dan anchoring (anchoring and adjustment heuristic).
a.    Availability Heuristic
Heuristik penilaian ini terjadi ketika para manajer menggunakan informasi yang telah tersedia sebagai dasar penilaian peristiwa yang sedang berlangsung. Sebagai contoh, keputusan untuk tidak menanamkan saham pada perusahaan produk baru. Bias potensialnya adalah informasi yang tersedia bisa jadi salah dan tidak relevan. Ide tentang produk baru tersebut baik dan kegagalannya bisa jadi waktu peluncurannya yang kurang tepat.
b.    Representativeness Heuristic
Heuristik penilaian ini terjadi ketika seorang manajer menilai kemiripan sesuatu berdasarkan peristiwa yang sama. Sebagai contoh, seorang manajer memutuskan memperkerjakan seorang karyawan karena karyawan tersebut alumni yang sama dengan seorang karyawan yang sukses. Bias potensialnya adalah pendiskriminasian faktor yang relevan, karena bisa saja kemampuan karyawan baru tersebut tidak sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan.
c.    Anchoring and Adjustment Heuristic
Penilaian ini terjadi ketika seorang manajer membuat keputusan berdasarkan penyesuaian nilai yang telah ada. Contohnya, penetapan gaji baru hanya dengan menaikkan gaji tahun sebelumnya dengan prosentase yang masuk akal. Bias potensialnya adalah pembiasan keputusan yang tidak tepat terhadap peningkatan nilai, karena nilai pasar bisa saja lebih tinggi daripada gaji yang diterima sehingga tidak dapat mencegah karyawan mencari pekerjaan yang lain.
D.      KEPUTUSAN INDIVIDU DAN KELOMPOK
Setelah membahas model dan gaya pengambilan keputusan, lantas muncul pertanyaan “Siapakah yang membuat keputusan tersebut?”. Menurut Amirullah dan Haris Budiyono, keputusan dibagi menjadi dua yaitu keputusan individu dan kelompok.
1.    Keputusan Individu
Keputusan individu dibuat sendiri oleh manajer berdasarkan informasi yang dimiliki manajer tanpa partisipasi orang lain. Manajer hanya memutuskan berdasarkan otoritas formal dan kemampuan pribadinya. Berbeda individu, maka berbeda pula pengambilan keputusannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kepribadian, nilai, kecenderungan akan resiko, dan kemungkinan ketidakcocokan.
a.    Kepribadian
Seorang manajer atau pembuat keputusan dalam mengambil keputusan dipengaruhi oleh aspek psikologisnya. Salah satunya adalah kepribadian mereka.
b.    Nilai
Yang dimaksud nilai di sini adalah pedoman yang digunakan setiap orang ketika berhadapan dengan kondisi di mana suatu keputusan harus dibuat. Pengaruh nilai terhadap proses pengambilan keputusan itu sangat besar. Mulai dari menetapkan sasaran, memilih alternatif, mengembangkan alternatif, menetapkan dan melaksanakan keputusan, sampai proses evaluasi, pertimbangan nilai tidak dapat dihindari.
c.    Kecenderungan akan Resiko
Sebagian besar keputusan seorang manajer mengandung ketidakpastian. Untuk mengurangi kondisi yang tidak menentu tersebut seorang manajer dapat memperhitungkannya dengan sistem evaluasi matematis.[5] Seorang manajer atau pembuat keputusan akan sangat berhati-hati dan berusaha menetapkan pilihan di mana resiko atas ketidakpastian sangat rendah, atau di mana kepastian akan hasilnya sangat tinggi.
d.   Kemungkinan Ketidakcocokan
Tidak semua keputusan yang diambil sesuai dengan yang diharapkan. Apabila terjadi ketidakcocokan, maka dapat dikurangi dengan mengakui kesalahan atau dengan metode mencari informasi yang mendukung kebijaksanaan dari keputusan tersebut atau dengan mengurangi segi-segi negatif dan mempertinggi unsure-unsur positif.

2.    Keputusan Kelompok
Selain pengambilan keputusan secara individual, cara lain mengambil keputusan secara kelompok. Pengambilan keputusan secara kelompok kini semakin popular. Mereka semua yang berada dalam suatu perusahaan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam merumuskannya. Di samping itu juga terbuka kemungkinan untuk memasukkan penilaian dari para ahli yang kompeten dalam masalah yang dihadapi oleh sebuah perusahaan dalam pengambilan keputusannya.
Sumbangan-sumbangan pikiran dari pribadi-pribadi anggota perusahaan tersebut tidaklah selalu sama. Ada yang hanya berbicara seperlunya saja, ada juga yang berbicara terlalu banyak, bahkan ada yang melebihi dari permasalahan yang dihadapi. Semua pendapat akan ditampung dan akan keputusan diambil dari suara terbanyak.
Keuntungan dari pengambilan keputusan secara kelompok adalah informasi dan pengetahuan lebih banyak, lebih banyak alternatif yang dihasilkan, penerimaan terhadap hasil akhir akan lebih besar, dan muncul komunikasi yang lebih baik. Sedangkan kekurangannya adalah membutuhkan waktu dan biaya yang lebih banyak.  







BAB III
PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan-kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan. Seorang manajer memiliki berbagai gaya dalam pengambilan keputusan. Menurut S. P. Robins dan DA. De Cenzo, gaya pengambilan keputusan dibagi menjadi empat yaitu gaya direktif, gaya analitis, gaya konseptual, dan gaya perilaku.
Selain memiliki gaya, seorang manajer juga memiliki model dalam pengambilan keputusan. Model tersebut antara lain model keputusan klasik, model keputusan administratif, dan model keputusan heuristik dan bias penilaian. Model keputusan heuristik juga dibagi menjadi tiga macam, yaitu availability heuristic, representativeness heuristic, dan anchoring and adjustment heuristic.
Pembuat keputusan juga terbagi menjadi dua yaitu keputusan individu dan keputusan kelompok. Keputusan individu dibuat sendiri oleh manajer berdasarkan informasi yang dimiliki manajer tanpa partisipasi orang lain. Sedangkan dalam keputusan kelompok, semua yang berada dalam suatu perusahaan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam merumuskannya. Hasilnya akan ditentukan dengan suara terbanyak.

B.       SARAN
Hendaknya pembaca jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya dan model kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhitungkan secara matang.







DAFTAR PUSTAKA

Budiyono, Haris dan Amirullah, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004).
Terry, George R., Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003).


[1] George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hal. 34
[2] Amirullah dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), hal. 137
[3] Ibid, hal. 153
[4] Ibid, hal. 154
[5] George R. Terry, hal. 42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar